Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Maret 2012 lalu, tepatnya tanggal 4 Maret saya tiba di Korea untuk melanjutkan studi di Department of Animal Science & Biotechnology, Chungnam National University - Daejeon. Campur aduk rasanya bisa sekolah di luar negeri yang memang sudah saya cita-citakan sejak dibangku kuliah dulu.
Mas Dosen UNS (kiri) & Mas Dosen UGM (kanan) |
Tak terlalu susah buat saya untuk sampai di
Daejeon, setibanya di Incheon International Airport sahabat saya telah
siap mengantarkan ke kota tujuan. Sang sahabat meminjamkan jaket tebal ala “winter” dan dengan sigapnya
langsung membeli tiket bus seharga 21.000 Won/orang, maklum saja suhu
masih sekitar minus 2 drajad. Sunggu beruntung saya ini, tanpa Won
sepeser pun bisa “survive” di negeri orang. Kami menunggu kedatangan bus sekitar 20 menit. Kesan pertama yang saya
simpulkan adalah begitu tepat waktunya transportasi publik negara ini,
standar deviasi (SD) atas ketepatan waktu kedatangan atau keberangkatan
hanya dalam hitungan detik. Kapan ya Indonesia bisa?
Limousin Airport Bus |
Main Gate CNU |
Poin pertama yang bisa saya ambil ketika perjalanan dari Incheon international airport menuju Daejeon adalah bahwa negeri ini jauh dari kata subur, malah terkesan gersang, mungkin dikarenakan baru saja selesai musim dingin. Dalam benak saya terpikir, negara kering-kerontang yang minim sumber daya alam begini saja bisa maju, kenapa Indonesia yang "super" kaya tidak bisa? oh negeriku, ada apa denganmu? #Masalah pertama yang harus diselesaikan ketika berkarya di tanah air suatu saat nanti, semoga Allah SWT meridhoi aamiin...
Tiga bulan pertama di Korea, sambil beradaptasi dengan lingkungan yang baru, sesekali saya mengamati harga produk pertanian di Korea. Saya begitu takjub ketika menemui buah mangga yang harganya sekitar 35 ribu Rupiah atau buah semangka yang seharga 200 ribu Rupiah. Dalam hati menggumam, mahal sekali harganya?? Coba kalau di Indonesia petani bisa menikmati harga setinggi di Korea, bisa sangat sejahtera mereka. #Masalah kedua yang saya garis bawahi, bagaimana caranya kesejahteraan Petani Indonesia dapat ditingkatkan..
Tiga bulan kedua, saya mulai banyak pekerjaan di laboratorium, acara jalan-jalan & mengunjungi teman mulai dikurangi. Di tahap ini saya mulai keteteran dengan tugas kuliah, presentasi seminar, report penelitian, menulis paper, menyiapkan data untuk conference & so on.. Belum lagi sang supervisor menuntut banyak di semester pertama ini. Tapi alhamdulillah semua dapat diatasi dengan cukup baik, satu buah paper lokal bisa di-published & 2 essay diikutkan dalam conference.
Tiga bulan ketiga, Saya mulai mendaptkan ritme bagaimana bekerja dengan orang Korea. Mereka memiliki etos kerja yang sangat tinggi, saya pun ikut-ikutan mainstream, lembur hingga larut malam, walaupun terkadang hanya browsing jurnal dan sengaja online untuk saling sapa dengan rekan-rekan. Kerja keras yang selama ini menjadi rutinitas akhirnya menghasilkan data yang cukup memusakan. Saya sangat berharap bisa membuat tulisan dengan kualitas internasional dengan data ini, aamiin.
Tiga bulan keempat di Korea, saya benar-benar sudah enjoy di Korea. Fasilitas riset yang sangat memadai, sampel yang cukup besar, dan tentu saja tidak perlu mikir biaya penelitian membuat saya sangat senang berada di laboratorium. Saya bisa mengeksplor & merencanakan segala sesuatunya dengan matang. Semoga setibanya di Indonesia nanti dapat menghasilkan karya yang lebih baik, aamiin.
Akhir kata, setahun di Korea sudah cukup membuat saya terkesan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Mengutip penggalan kata yang sering disampaikan para Ustadz & guru "Niatkan segala aktivitas dalam rangka beribadah kepada Allah SWT", maka Anda akan ringan dan merasa enjoy melaksanakannya ^^
Salam,
Cahyadi
Akhir kata, setahun di Korea sudah cukup membuat saya terkesan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Mengutip penggalan kata yang sering disampaikan para Ustadz & guru "Niatkan segala aktivitas dalam rangka beribadah kepada Allah SWT", maka Anda akan ringan dan merasa enjoy melaksanakannya ^^
Salam,
Cahyadi